Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita penyakit TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita penyakit TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi penyakit TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
- Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
- Pemeriksaan fisik.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
- Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
- Rontgen dada (thorax photo).
- Uji tuberkulin.
Komplikasi Penyakit TBC
Komplikasi terdiri dari :
1. Komplikasi Dini
- Pleuritis
- Efusi Pleura
- Empiema
- Laringitis
- Menjalar ke organ lain (otak, tulang, ginjal, kulit dan usus)
2. Komplikasi Lanjut
- Obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstrucsi Pasca Tuberkulosis).
- Kerusakan parenkim berat (SOPT/Fibrosis Paru, Kor Pulmonal).
- Amiloidosis.
- Karsinoma paru.
- Sindrom Gagal Nafas Dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
Pencegahan Penyakit Tuberculosis (TBC)
Pencegahan dan pengendalian TB membutuhkan dua pendekatan paralel. Pada yang pertama, orang dengan TB dan kontak mereka diidentifikasi dan kemudian diobati. Identifikasi infeksi sering melibatkan pengujian kelompok berisiko tinggi untuk TB. Dalam pendekatan kedua, anak-anak yang divaksinasi untuk melindungi mereka dari TB. Tidak ada vaksin yang tersedia yang memberikan perlindungan yang handal untuk orang dewasa. Namun, di daerah tropis dimana tingkat spesies lain dari mikobakteri yang tinggi, paparan mikobakteri nontuberculous memberikan beberapa perlindungan terhadap TB.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan TB keadaan darurat kesehatan global pada tahun 1993, dan Stop TB Partnership mengembangkan Global Plan to Stop TB yang bertujuan untuk menyelamatkan 14 juta jiwa antara tahun 2006 dan 2015. Karena manusia adalah host hanya Mycobacterium tuberculosis, pemberantasan akan mungkin : sebuah tujuan yang akan dibantu oleh vaksin sangat efektif.
Pengobatan Medis (Konvensional) Pada Penyakit TBC
Banyak negara menggunakan Bacillus Calmette-Guerin (BCG) vaksin sebagai bagian dari program pengendalian TB mereka, terutama untuk bayi. Menurut WHO, ini adalah vaksin yang paling sering digunakan di seluruh dunia, dengan 85% dari bayi di 172 negara diimunisasi pada tahun 1993. Ini adalah vaksin pertama untuk TB dan dikembangkan di Institut Pasteur di Prancis antara 1905 dan 1921. Namun, massa vaksinasi dengan BCG tidak mulai sampai setelah Perang Dunia II. Efektivitas pelindung dari BCG untuk mencegah bentuk serius TB (misalnya meningitis) pada anak-anak lebih besar dari 80%; efikasi protektif untuk mencegah TB paru pada remaja dan orang dewasa adalah variabel, mulai dari 0 hingga 80%.
Di Afrika Selatan, negara dengan prevalensi TB tertinggi, BCG diberikan untuk semua anak di bawah usia tiga tahun. Namun, BCG kurang efektif di daerah di mana mikobakteri kurang lazim, sehingga BCG tidak diberikan kepada seluruh penduduk di negara-negara. Di Amerika Serikat, misalnya, vaksin BCG tidak dianjurkan kecuali untuk orang-orang yang memenuhi kriteria tertentu. Beberapa vaksin baru untuk mencegah infeksi TB yang sedang dikembangkan. Vaksin TB pertama rekombinan rBCG30, memasuki uji klinis di Amerika Serikat pada tahun 2004, disponsori oleh Institut Nasional Penyakit Alergi dan Infeksi (NIAID).
Sebuah studi 2005 menunjukkan bahwa TB DNA vaksin yang diberikan dengan kemoterapi konvensional dapat mempercepat hilangnya bakteri serta melindungi terhadap infeksi ulang pada tikus, mungkin diperlukan waktu empat sampai lima tahun akan tersedia pada manusia. Sebuah vaksin TB yang sangat menjanjikan, MVA85A, saat ini sedang dalam uji coba fase II di Afrika Selatan oleh sebuah kelompok yang dipimpin oleh Oxford University, dan didasarkan pada virus vaccinia rekayasa genetika. Banyak strategi lain juga digunakan untuk mengembangkan vaksin baru, termasuk vaksin subunit (fusi molekul terdiri dari dua protein rekombinan disampaikan dalam ajuvan) seperti Hybrid-1, HyVac4 atau M72, dan adenovirus rekombinan seperti Ad35. Beberapa vaksin dapat diberikan secara efektif tanpa jarum, membuat mereka lebih baik untuk daerah-daerah dimana HIV sangat umum. Semua vaksin ini telah berhasil diuji pada manusia dan sekarang dalam pengujian diperpanjang di daerah endemik TB. Dalam rangka mendorong penemuan lebih lanjut, para peneliti dan pembuat kebijakan ekonomi baru mempromosikan model pengembangan vaksin, termasuk hadiah, insentif pajak dan komitmen memajukan pasar.
Bill dan Melinda Gates Foundation telah menjadi pendukung kuat dari pengembangan vaksin TB baru. Baru-baru ini, mengumumkan hibah $200 juta untuk Yayasan Aeras TB Vaksin Global untuk uji klinis pada hingga enam kandidat vaksin TB yang berbeda saat ini di dalam pipa.
Adapun obat TBC yang utama adalah Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang sering digunakan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makroloid, dan Amoksilin dikombinasikan dengan Klavulanat. Pengobatan ini dilakukan selama 12 bulan untuk keseluruhan.
Dalam proses penyembuhan, sipenderita harus minum obat sesuai dengan petunjuk dan waktu yang telah ditentukan (6 - 12 bulan) berturut-turut tanpa putus serta mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi. Selain petugas kesehatan yang memantau dan mengawasi, keluarga juga di ajak turut serta dalam mengawasi dan memastikan si penderita TBC meminum obat yang telah diberikan. Jika si penderita tidak disiplin dan teratur dalam meminum obat, dapat mengakibatkan kuman-kuman yang ada didalam tubuh akan menjadi kebal terhadap obat tersebut. Dan apabila si penderita berhenti minum obat sebelum waktunya maka, batuk yang sudah hilang akan timbul kembali dan kemungkinan kuman akan kebal dan TBC akan sulit untuk disembuhkan.
Adapun obat-obatan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.
Pengobatan TBC Alami Tanpa Efek Samping
Produk Tahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB) BUKAN Untuk DICOBA tapi Sudah TERBUKTI. Bahkan Sudah Ribuan Pasien di Indonesia bahkan Jutaan Pasien di Dunia telah TERTOLONG dan BEBAS dari Masalah PENYAKIT Yang Di derita selama Berbulan-bulan bahkan ada yang sudah Bertahun-tahun.
Ketika Tahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB) dinyatakan sebagai Produk Nutraseutikal yang AMAN, EKSOTIK dan TERUJI, maka sesungguhnya pernyataan klaim ini berdasarkan RISET Yang BERKESINAMBUNGAN. Bertahapnya Anugrah Hak Paten dari USPTO (United States Patent Application) dan WIPO (World Intellectual Property Organization) yang setiap tahun terus bertambah. Bahkan Ratusan Hak Paten Efek Terapeutik TAHITIAN NONI Juice itupun merupakan Hasil Riset yang Berkesinambungan.
Program Riset Berkesinambungan adalah KOMITMEN UTAMA Tahitian Noni International Inc (MORINDA). Untuk terus mengeksplorasi rahasia etnomedika warisan nenek bangsa Polinesia dan mempersembahkan produk olahan Morinda citrifolia L. Yang TERBAIK untuk MASYARAKAT DUNIA (Global). Hal ini terbukti dengan terjadinya peningkatan statistik publikasi riset tahunan tentang Morinda citrifolia L. Pasca berdirinya Tahitian Noni International.
Sejauh ini hasil-hasil riset Tahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB) telah dipublikasikan dalam sejumlah jurnal internasional. Banyaknya publikasi ini mengisyaratkan komunitas ilmiah internasional telah mengakui eksitensi Tahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB) pada khususnya, dan etnomedika Morinda citrifolia L. pada umumnya.
Mekanisme Kerja TNBB (Tahitian Noni Bioactive Beverage)
Mekanisme kerja secara ilmiah mampu bekerja di tingkat molekular untuk :
- Meningkatkan dan merevitalisasi sistem kerja tubuh (self healing), bekerja melindungi, memperbaiki, mengaktifkan, meremajakan dan meregenerasi sel secara optimal.
- Memberikan efek manfaat yang optimal serta aman dikonsumsi baik oleh wanita hamil, menyusui, bayi, anak-anak hinggak orang dewasa, yang mencakup segala kondisi kesehatan.
TAHITIAN NONI merupakan pengobatan alami Penyakit Tuberkulosis (TBC) yang aman tanpa efek samping dalam proses penyembuhannya.
- Adapun konsentrasi ekstrak dari Tahitian Noni® Bioactive Beverage mampu membunuh 89% pathogen yang menyebabkan tuberkolosis (anti bakteri).
- Tahitian Noni Bioactive Beverage mengandung iridoid sebagai anti inflamasi yang baik dan bersifat sebagai adaptogen.
- Tahitian Noni Bioactive Beverage sebagai imunomudulator sehingga dapat meningkatkan imunitas kesehatan tubuh dan memulihkan kesehatan penderita Tuberculosis
- Tahitian Noni Bioactive Beverage sebagai sumber energi yang kaya akan vitamin dan mineral serta asam amino untuk pemulihan kondisi penderita TBC.