Amira Raihana Amalia 10 thn (Pada foto memegang botol Noni)
Putri dari Dr Suwardi
Sejak usia 4 tahun telah menderita penyakit Demam tifoid. Penyakit ini sering kambuh, bila Raina (nama panggilannya) aktivitasnya meningkat dan kurang istirahat. Suatu hari penyakitnya cukup berat, saya sebagai dokter sekaligus ayahnya, dibuat cemas. Obat demam dan antibiotik line pertama (antibiotik golongan sulfa) saya berikan, hasilnya tidak dapat menurunkan panasnya. Saya pun memutuskan untuk meriksa laboratorium, berupa darah rutin dan Widal, untuk mengetahui apakah Raina menderita Demam Tifoid atau DBD (demam berdarah dengue).
Hasil Lab menunjukkan Raina menderita Demam Tifoid dengan hasil Widal 1/360 dan Trombosit 240.000. Dengan hasil ini saya terapi dengan Antibiotik Klorampenikol sirup, obat penurun panas dan suplemen vitamin. Disamping obat-obatan, diet lunak dan bed rest total saya terapkan. Alhamdulillah dalam seminggu kondisi Raina berangsur pulih. Seiring berjalannya waktu, ternyata Demam tifoid tidak dapat sembuh total, sampai usia 9 tahun, Raina sering mengalami demam dan kalau sudah demikian, dapat saya pastikan Demam Tifoidnya kambuh. Betul saja, setelah saya beri Klorampenikol sirup, diet lunak dan bed rest (tanpa memeriksa lab), Raina sehat. Dari gejala saja saya tau kalau itu Demam Tifoid.
Gejala demam tifoid sering terjadi sore dan malam hari atau menjelang subuh. Lidah kotor, perut bagian kanan sakit. Bagi dokter yang telah berpengalaman sudah dapat dipastikan akan mendiagnosa sebagai Demam tifoid. Bahkan dari demam saja, bagi dokter berpengalaman tidak sulit mendiagnosa Demam tifoid.
Penyakit Raina ini, kalau saya lihat, biasanya kambuh dalam setahun bisa 4-5 kali. Tergantung aktivitasnya. Dan yang membuat saya prihatin, karena seringnya kambuh sampai-sampai satu antibiotik saja tidak cukup, maka saya memakai dua macam antibiotik (maaf saya tidak dapat sebutkan). Pernah suatu hari, di usia Raina 9 tahun, penyakitnya kambuh, sakit kepala, demam dan muntah-muntah. Makan, minum dan obat-obatan yang saya berikan dimuntahkan. Akhirnya saya pun menginfusnya. Alhamdulillah, putri saya pun sembuh. Waktu itu saya belum berani memberikan Tahitian Noni, karena saya belum yakin Noni dapat menyembuhkan Demam Tifoid. Dibenak saya, anak saya ini telah menderita demam tifoid sejak Balita dan kini dapat sembuh hanya dengan 2 macam antibiotik.
Dapatkah Noni Diandalkan?? Padahal saya sudah mengenal Tahitian Noni saat itu. Namun mengingat efek samping antibiotik Kloramfenikol bila dikomsumsi dalam waktu lama dapat menyebabkan anemia aplastik dan leukemia, dan obat penurun panas dapat berefek toksik terhadap liver. maka saya pun memberi Tahitian Noni. Saya berikan 3x 60 cc. Alhamdulillah,yang membuat saya kaget hanya dalam 2 hari Raina sembuh dan sudah dapat ke sekolah. Tentu saja dibarengi dengan diet lunak dan bed rest.
Sebagai orang tua dan dokter, tentu saja Tahitian Noni ini saya anggap sebagai anugerah Allah buat kami sekeluarga, juga buat orang-orang yang membutuhkan. Terkadang saya berfikir seandainya anak saya terus-terusan mengomsumsi obat-obatan, bakal apa yang terjadi terhadap dirinya? Jangan kan obat-obatan, makanan, dan minuman anak-anak zaman sekarang yang serba instan dapat memicu berbagai penyakit berat seperti kanker. Betul saja setelah menjalani sebagai konsulen medis di kantor Noni, saya melihat banyak anak-anak menderita leukemia.
Kini kekuatiran saya itu terobati karena kami sekeluarga mengomsumsi Noni 30cc rutin setiap hari sebagai proteksi tubuh dari toksin dan zat-zat kimia sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh. Alhamdulillah, kami sekeluarga sehat dan khususnnya, Raina jarang mengalami demam dan sakit. Dan jika Raina mulai mengeluh tidak enak badan, maka saya langsung memberi Noni 60cc dan saya menyuruhnya tidur. Alhamdulillah, keesokan harinya dia pun sembuh.
Title : Raihana Sembuh Dari Demam Tifoid (Thypus) Tanpa Antibiotik
Description : Amira Raihana Amalia 10 thn (Pada foto memegang botol Noni) Putri dari Dr Suwardi Sejak usia 4 tahun telah menderita penyakit Demam ...